LEPTOSPIROSIS, APA ITU ? …

Waspada Leptospirosis di Kala Banjir

Indonesia kini tengah berada pada musim penghujan. Hampir setiap hari hujan mengguyur negara ini. Berita banjir tersiar dari berbagai penjuru. Di Surabaya sendiri, beberapa ruas jalan tergenang meskipun tidak menimbulkan banjir yang mengkhawatirkan. Di musim banjir seperti ini, kita harus waspada terhadap berbagai penyakit yang mengintai. Selain infeksi saluran pernafasan dan penyakit kulit, ada satu lagi penyakit yang perlu kita kenal, yang banyak muncul pada musim penghujan, yaitu leptospirosis!

Leptospirosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Leptospira interrogans. Reservoir penting dari kuman ini adalah hewan pengerat, terutama tikus. Kuman ini dapat hidup dalam ginjal tikus selama beberapa tahun. Manusia bisa terkena penyakit ini melalui kontak langsung dengan urin dan darah tikus atau melalui lingkungan yang terkontaminasi. Karena kuman Leptospira diekskresikan di urin dan dapat bertahan hidup di air dalam beberapa bulan, maka air merupakan media yang paling mendukung penularan penyakit ini. Itulah mengapa leptospirosis lebih banyak dijumpai pada musim pengujan dan daerah banjir, di mana banyak dijumpai genangan air. Kuman Leptospira ini selanjutnya dapat masuk ke tubuh kita melalui kulit yang sedang dalam keadaan luka atau melalui mukosa tubuh seperti konjungtiva mata dan saluran makanan.

Masa inkubasi penyakit ini berlangsung selama 1-2 minggu. Gejala awal penyakit ini mirip penyakit flu. Penderita akan merasakan panas, sakit kepala, nyeri otot, mual, dan muntah. Nyeri otot merupakan gejala yang cukup khas, terutama bila timbul di punggung atau betis. Sebagian besar penderita leptospirosis memang hanya akan merasakan gejala yang ringan namun ada juga yang berat hingga terjadi infeksi mata seperti uveitis, juga infeksi selaput otak atau meningitis. Keadaan paling berat dari leptospirosis dinamakan Weil’s syndrome. Weil’s syndrome adalah kumpulan gejala yang meliputi gejala leptospirosis pada umumnya ditambah dengan ikterus, perdarahan, gangguan jantung, paru, serta gangguan ginjal.

Pengobatan leptospirosis dibedakan berdasarkan berat ringannya gejala. Untuk leptospirosis ringan, pengobatan yang diberikan cukup dengan antibiotik oral, sedangkan untuk yang sedang-berat antibiotik yang diberikan harus disuntikkan ke pembuluh darah. Apabila penderita jatuh pada keadaan Weil’s syndrome maka perawatan yang diberikan akan lebih intensif.

Langkah yang paling tepat untuk mengindari terjangkitnya penyakit adalah dengan melakukan upaya pencegahan. Karena kuman Leptospira ditularkan dari urin tikus, yang mana hewan ini sangat sulit untuk dikontrol, maka upaya pencegahannya adalah dengan menjaga agar kuman tersebut tidak masuk ke tubuh kita. Hal-hal yang bisa dilakukan antara lain adalah memeriksa kulit kita, terutama kaki, apakah ada bagian kulit yang terluka. Bila iya, segera rekatkan plester agar tidak ada kuman yang masuk. Jangan lupa juga untuk mencuci kaki sehabis kontak dengan air genangan. Karena kuman ini juga masuk melalui mukosa tubuh, maka biasakanlah cuci tangan dengan cara yang benar. Jangan sampai kita makan atau menyentuh mata kita dengan tangan yang kotor. Selain itu, kita juga harus memperkuat daya tahan tubuh kita dengan makan makanan yang bergizi.

Jadi, sudah siap melindungi diri dari penyakit musim hujan yang satu ini kan? (ilm)